Sejarah Desa Watuliney
Sejarah Desa
Nama Desa Watuliney memiliki makna filosofi yang berasal dari dua suku kata bahasa pasan yaitu Watu yang artinya Batu dan Linay yang artinya Licin / Keras jadi nama desa Watuliney mengandung makna "Batu Licin / Keras". Awal mulanya Sejarah tentang masyarakat Desa Watuliney adalah bermula dari cerita sekelompok orang yang menempati wilayah yang bernama Sasakulan Watu Tara dimana nama ini mengandung tiga arti suku kata dari bahasa Pasan yakni Sasakulan (Tombak), Watu ( Batu) dan Tara (Rata), atau yang lebih dikenal saat ini adalah Kebun Batu Tara. Nama wilayah ini disebut Sasakulan Watu Tara karena saat itu mereka sering membuat sebuah alat bantu yang bernama sasakulan (Tombak) di area /di atas Watu Tara (Batu Rata)
Menurut Buku Legenda Dan Sejarah Desa yang ditulis oleh Bapak Manuel Dorek Wulur dan didukung oleh cerita saksi hidup tentang buku ini yaitu Bapak Alex Wullur yang adalah anak ke-5 dari Bapak Manuel Dorek Wullur, dan para petua - petua yang ada di Desa Watuliney saat ini bahwa dijaman kekuasaan pemerintahan Belanda saat itu.orang-orang yang bermukim di Sasakulan Watu Tarabelum berstatus sebuah Desa, mereka hanyalah sekelompok orang yang menjalankan kehidupan dengan berpegang pada sistem adat sehingga pemimpin mereka saat itu di sebut kepala adat.
Sekitar Tahun 1815 - 1820 sekelompok orang saat itu dipimpin oleh seorang Tokoh Adat yang bernama Rodreriks Kaligis dan saat itu ia disebut sebagai Kepala Adat. Seiring dengan waktu berjalan terjadilah pola hidup masyarakat ini dengan berpindah - pindah tempat. Ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya:
1.Sumber Daya Manusia
Diantara dari mereka selain berprofesi sebagai petani ada juga yang berprofesi sebagai nelayan dan tukang bangunan
2.Sumber Daya Alam
-Mereka selalu mencari suatu area / kawasan untuk digarap dan dijadikan lahan perkebunan untuk bercocok tanam
-Diantara dari mereka yang berprofesi sebagai nelayan mulai menetap di area pesisir salah satunya di lokasi yang sekarang di kenal dengan sebutan Banger
Dari wilayah Sasakulan Watu Tara mereka berpindah ke satu tempat yang bernama Kina Peisan nama Kina Peisan diambil dan banasa pasanyang mengandung dua arli suku kata yaitu Kina (Tempat) Peisan( Sempit (yang saat ini disebut Wilayahperkebunan Kaisan. Penamaan tempat / wilayah ini oleh mereka didasari oleh karena letak geografisnya yang diapit olen beberapa gunung atau dataran tinggi seningga hanya menyisahkan dataran rendah yang sempit. Karena tata letak wilayah yang mereka rasa kurang mendukung untuk pola hidup mereka, akhimya mereka berpindah lagi ke satu tempat yang menurut mereka lebih layak dan mendukung kehidupan mereka. Tempat yang menjadi tujuan mereka berikutnya diapit oleh dua sungai yaitu sungai molompar dan sungai palaus dan tempat tersebut bernamaAkea yang artinya menurut banasa pasan yaitu Banyak Air.
Sampai pada masa perpindahan masyarakat ke tempat / wilayah Akeaitu, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masyarakat saat ini adalah Kampung Negeri Lamamereka masih dipimpin oleh Bapak Rodreriks Kaligis. yang dibantu oleh beberapa orang yang bermarga Alow, Kalow, Ngongoloy dan Komalig.
Pada tahun 1830 ada seorang yang bernama Manuel Kawae Wulur. dia datang bermusyawarah dengan orang-orang yang dipimpin oleh bapak Rodreriks Kaligis untuk membentuk sebuah permukiman yang saat itu tempat yang dimaksud bernama " Banger" nama ini diadopsi dari nama seorang pengusaha kayu yang berketurunan Belanda. Bapak Banger ini menjalin kerjasama dengan masyarakat pada waktu itu untuk mengolah kayu yang ada di wilayah perkebunan Sasakulan Watu Tara Kebun Batu Tara ). Kina Peisan (Kebun Kaisan ) dan kebun di area Akea (Kampung Negeri Lama ). Karena dipengaruhi oleh faktor transportasi darat yang tidak memadaimaka mereka menggunakan sungai sebagai prasarana dalam memobilisasi kayu - kayu dari wilayah perkebunan tersebut menuju ke lokasi yang bernama Banger Kayu - kayu yang sudah ditebang kemudian dihanyutkan lewat sungai dari arah Palaus dan sungai dari arah Molompar. Pekerjaan ini sungguh tidaklah mudah karena disepanjang aliran sungai yang akan mereka lewati banyak terhalang dan terbentur dengan batu-batu licin. Kayu - kayu yang sudah berhasil tiba di tempat tujuan, selain dijual dan di ekspor oleh Bapak Banger juga masyarakat memanfaatkan kayu - kayu ini untuk membangun rumah-rumah mereka. Diantara Tahun 1830-1839 permukiman ini dilanda banir sehingga langkah mengambil masyarakat dengan pindahlokasipermukimanuntuk menghindari terjadinya banjir kembali dan lokasi yang dipilih adalah kearah barat dari posisi area Banger yang saat ini lokasi tersebut merupakan wilayah Molompar Utara.
Pa da Tahun 1840 melalui Pemerintahan Belanda mengakui dan mengukuhkan bapak Manuel Kawae Wulur Sebagai Hukum Tua Pertama Desa Watuliney dan nama Desa yang dipilih dan disahkan berasal dari filosofi dua suku kata bahasa pasan yaitu " Watu " yang artinya " Batu " dan " Linay artinya " Licin / Keras ". Penetapan nama Desa ini berdasar pada nilai - nilai yang melekat dengan pola hidup masyarakat dan juga dipandang dari keadaan geografis wilayah, dimana di sepanjang sungai yang melewati wilayah Desa Watulineymulai dari kawasan Sasakulan Watu Tara (Kebun Batu Tara) sampai muara di pantai Desa Molompar Kecamatan Belang banyak terdapat batu licin.
Masa jabatan dari bapak Manuel Kawae Wulur Berlangsung sejak 1840 - 1890. Masyarakat Desa Watuliney sebagian besar menganut agama Kristen Protestan dan seiring dengan waktu berjalan pada masa kepemimpinan bapak Manuel Kawae Wulur jumlah penduduk masyarakat semakin bertambah dari berbagai suku seperti suku minahasa asli, suku bolaangmongondow, suku sanger dan dalam beragama juga sudah ada masyarakat yang menganut agama Islam. Masyarakat Desa Watuliney sejak saat itu sudah menanamkan budaya yang disebut " mapalus "aan juga sifat saling menghargai yang sangat kental dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dibidang keagamaan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada masa itu sistem tata cara gereja tentang pembaptisan anak di atas 1 tahun sudah mulai diterapkan dalam tata cara gereja, sedangkan yang beragama islam anak yang berumur 2 - 7 tahun diserahkan kepada pimpinan umat islam untuk disunat. Dalam kurun waktu masa tugasnya, pembangunan sarana dan prasarana di bidang keagamaan seperti gereja suaan diadakan, begitu juga sarana dan prasarana dibidang pendidikan. Kesehatan serta Lahan - lahan yang dimiliki saat itu diantaranya
1.Gedung Gereja GMIM berada di wilayah jaga II Desa Watuliney
2. Gedung Gereja Katolik Watuliney yang saat ini berada di wilayah Jaga v Desa Watuliney
3.Gedung Sekolah SD Inpres 2 Watuliney yang saat ini berada di wilayah Jaga IDesa Watuliney
4.Lahan Pekuburan yang saat ini berada di kawasan Desa Watuliney
5.Gedung Gereja GPdI Anugerah Watuliney di jaga IV Desa Watuliney
6.Gedung Gereja GESBA "SYALOM" Watuliney di Jaga II Desa Watuliney
7. Lumbung Desa
8.PUSTU Desa Watuliney
9.Bak Penampung Air di wilayah jaga IV desa Watuliney
Sarana dan prasarana ini, sejak diadakannya sampai pada saat ini masih digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Masa Kepemimpinan bapak Manuel Kawae Wulur berlangsung selama 50 tahun.
Diera kepemimpinan Bapak Paulus Waas, Pada Tahun 1984 Desa Watuliney Terjadi Pemekaran Menjadi 2 (Dua) wilayah yaitu Desa Watuliney dan Desa Molompar.
Kejadian luar biasa yang pernah terjadi di desa Watuliney,Adalah :
1.Gempa bumi Dan Tsunami kecil Tahun 1932
2.Operasi Militer Pergolakan Permesta pada tahun 1957 diwilayah Gunung Surat
3.Operasi Militer Penumpasan Pengikut Gerakan G30S/PKI diwilayah Gunung Surat (Malonda c.s) Tahun 1979 – 1980
4.Gunung Soputan Meletus pada tahun 1984 dan 1985
5.Kekeringan pada tahun 1986
6.Gempa bumi perna terjadi 21 januari 2007 dan ampir terjadi sunami
7.Gempa bumi terjadi lagi pada tahun 2015
8.Dampak pada banjir bandang yang perna di alami oleh warga watuliney
9.Dampak abu vulkanik (Aidursi )
Secara Definitif Hukum Tua yang ada di desa watuline pada Tanggal 3 September resmi ditetapkan sebagai HARI ULANG TAHUN DESA.
Sejarah Pemerintahan Desa Watuliney
Berturut-turut sejarah pemerintah desa:
1. Bapak Lodewijk Kaligis
2. Bapak Manuel Wulur
3. Bapak Yakubus Wulur
4. Bapak Thomas Wulur
5. Bapak Tedorus Komalik
6. Rock Nelawan
7. Hendro Gor
8. Marinus Ngogoloy
9. Yulius Ngogoloy
10. Bapa Frists Roje Panayong
11. Bapak Yunus Winalang
12. Carolus Polii
13. Bapak Yunus Winalang
14. Mat Malingkas
15. Rudi Wulur
16. Eli Kolamalik
17. Rudy Wulur
18. Mask E Manapiri
19. Ana Mandolang
20. Mask E Managpiri
21. Modi Engka ST
Comments
Post a Comment